Today

5 Film Perang Terbaik 2025

Blog

5 Film Perang Terbaik 2025
5 Film Perang Terbaik 2025

Lupakan sejenak gambaran film perang yang selama ini kamu kenal. Tahun 2025 menandai sebuah pergeseran besar di medan perang sinematik. Genre yang identik dengan ledakan heroik dan bendera yang berkibar gagah kini bertransformasi menjadi sebuah kanvas global untuk percakapan yang lebih dalam, lebih brutal, dan jauh lebih personal. Ini bukan lagi sekadar tontonan, tapi sebuah pengalaman yang mempertanyakan segalanya. Pencarian untuk film perang terbaik 2025 membawa kita pada sebuah perjalanan yang mengejutkan, dari gang-gang sempit di Irak hingga medan juang kemerdekaan di Jakarta.

Kita semua tumbuh dengan epos seperti Band of Brothers atau Saving Private Ryan, karya-karya yang mendefinisikan keberanian dan pengorbanan. Namun, para sineas tahun ini tampaknya bertanya: apa yang terjadi setelah kepahlawanan itu direnggut? Apa yang tersisa ketika adrenalin hilang dan hanya trauma yang membekas? Pertanyaan inilah yang melahirkan sebuah dikotomi menarik. Di satu sisi, sinema Barat sibuk mendekonstruksi mitos prajurit dengan realisme tanpa ampun. Di sisi lain, sinema Indonesia justru sedang membangun epiknya sendiri, merayakan sejarah dan semangat juang dengan skala yang belum pernah ada sebelumnya. 

Untuk membantumu menavigasi medan yang kompleks ini, berikut adalah panduan singkat atau “peta pertempuran” film-film yang wajib kamu antisipasi.

Daftar Rekomendasi Film Perang Terbaik 2025 (Wajib Tonton!)

Judul Film Genre Sutradara Pemeran Utama Kenapa Wajib Tonton
Warfare Perang, Drama Realis Alex Garland, Ray Mendoza Michael Gandolfini, Will Poulter Disutradarai veteran Perang Irak, realisme tanpa filter ala A24.
Der Tiger Perang, Horor Psikologis Dennis Gansel David Schütter, Laurence Rupp Sisi lain PD II dari kru tank Jerman yang dipengaruhi narkoba.
BELIEVE Laga, Perang, Biografi Rahabi Mandra, Arwin T.W. Ajil Ditto, Wafda Saifan Film perang epik Indonesia dengan drama keluarga yang menyentuh.
Perang Kota Drama, Sejarah Mouly Surya Chicco Jerikho, Ariel Tatum Adaptasi novel klasik tentang kemerdekaan oleh sutradara pemenang penghargaan.
One Battle After Another Laga, Thriller Paul Thomas Anderson Leonardo DiCaprio, Sean Penn Sutradara jenius dan Leo DiCaprio dalam sebuah thriller konflik modern.

 

Gempuran Realisme Brutal: Saat Perang Tak Lagi Terasa Seperti Film

Di Hollywood dan Eropa, para pembuat film tampaknya sedang dalam sebuah “perlombaan senjata keaslian”. Mereka tidak lagi tertarik dengan dramatisasi, melainkan obsesif dalam mereplikasi kenyataan pahit di medan perang, sering kali dengan hasil yang membuat penonton merasa tidak nyaman.

Warfare – Pengalaman Perang Irak Tanpa Sensor

Warfare (2025)
Warfare (2025)

Jika ada satu film yang mendefinisikan ulang arti “realisme” tahun ini, itu adalah Warfare. Dengan bendera studio A24 yang sudah menjadi jaminan kualitas dan keunikan, film ini bukanlah hiburan; ia adalah sebuah dokumen mengerikan tentang perang modern. Keistimewaannya terletak pada “tatapan sang veteran”. Film ini tidak hanya “berdasarkan” kisah nyata, tapi “diciptakan” oleh kisah nyata itu sendiri. Co-sutradara Ray Mendoza adalah seorang veteran Navy SEAL yang memfilmkan kembali misi yang ia alami di Ramadi, Irak, pada tahun 2006.

Hasilnya adalah sebuah pengalaman sinematik yang klaustrofobik dan membingungkan. Garland dan Mendoza sengaja membuang semua elemen sinematik yang membuat perang terasa “indah”. Penonton tidak akan pernah melihat wajah musuh dengan jelas; mereka hanya desingan peluru dan teriakan kesakitan. Dialognya dipenuhi jargon militer yang otentik seperti “This is Frogman Six Romeo”, membuat kita merasa seperti penyusup yang kebingungan di tengah kekacauan.

Sinopsis film perang 2025 ini berpusat pada satu peleton Navy SEAL yang terjebak di sebuah rumah, mencoba bertahan hidup dari gempuran musuh hingga bantuan datang. Momen-momen di dalamnya terasa begitu nyata hingga menyakitkan: sebuah ledakan IED yang merenggut nyawa seorang penerjemah dan melukai parah beberapa tentara, termasuk seorang penembak jitu bernama Elliot. Ada adegan di mana seorang prajurit (diperankan oleh Mendoza sendiri) tangannya gemetar hebat hingga tak mampu memasang torniket untuk menyelamatkan temannya yang terluka parah—sebuah gambaran kepanikan yang jarang sekali ditampilkan di film perang. Film ini bahkan didedikasikan untuk Elliot Miller di dunia nyata, yang kehilangan ingatan akibat insiden tersebut, dan pembuatan film ini menjadi salah satu cara Mendoza untuk membantunya mengingat kembali.

Warfare adalah bukti bahwa perang sesungguhnya bukanlah petualangan, melainkan sebuah ujian brutal yang merusak fisik dan jiwa.

Der Tiger – Horor Psikologis di Dalam Tank Perang Dunia II

The Tiger (2025)
The Tiger (2025)

Bagaimana cara membuat film tentang Perang Dunia II dari sudut pandang Jerman tanpa terjebak klise atau kontroversi? Sutradara Dennis Gansel menemukan jawabannya dengan cara yang jenius: mengubahnya menjadi film horor psikologis. Der Tiger mengikuti kru tank Tiger I Jerman yang ditakuti dalam sebuah misi rahasia di Front Timur pada tahun 1943.

Alih-alih menyajikan pertempuran tank yang epik, film ini membawa kita masuk ke dalam ruang sempit tank yang menjadi sebuah “pressure cooker” bagi kegilaan. Kunci dari transformasi genre ini adalah satu detail historis yang akurat: penggunaan methamphetamine (dikenal sebagai Pervitin) oleh tentara Wehrmacht untuk meningkatkan stamina dan menekan rasa takut. Pengaruh narkoba ini mengubah misi militer menjadi sebuah “perjalanan ke jantung kegelapan”. Para kru tank tidak hanya melawan tentara Soviet di luar, tetapi juga paranoia dan iblis di dalam pikiran mereka sendiri.

Dengan pendekatan ini, Der Tiger menyampaikan pesan anti-perang yang sangat kuat. Film ini berargumen bahwa perang itu sendiri adalah sebuah keadaan psikosis massal, sebuah realitas alternatif yang brutal di mana moralitas runtuh. Dipilih sebagai film Original Jerman pertama dari Amazon yang mendapat rilis teatrikal , ini adalah pengakuan atas kualitas dan keberaniannya dalam menyajikan perspektif baru yang mengerikan tentang konflik paling terkenal di dunia.

One Battle After Another – Konflik Modern di Tangan Sutradara Jenius

One Battle After Another (2025)
One Battle After Another (2025)

Terkadang, film perang terbaik bukanlah film tentang perang dalam definisi klasiknya. Inilah yang terjadi pada One Battle After Another, karya terbaru dari sutradara jenius Paul Thomas Anderson (PTA) yang dibintangi oleh Leonardo DiCaprio. Film ini memperluas batasan genre, membuktikan bahwa medan perang modern tidak selalu melibatkan dua negara yang berhadapan, tetapi bisa juga berupa konflik ideologis, pemberontakan, dan perang personal yang terus menghantui.

Meskipun detail plotnya masih dijaga ketat, film ini digambarkan sebagai thriller aksi yang berpusat pada seorang revolusioner yang mencoba hidup tenang bersama putrinya, sebelum masa lalunya yang kelam—dalam wujud karakter jahat yang diperankan Sean Penn—kembali untuk menghancurkannya. Ini adalah film tentang gerilya, tentang persembunyian, dan tentang pertarungan tanpa akhir melawan sistem.

Kolaborasi antara PTA dan DiCaprio adalah salah satu peristiwa sinematik paling ditunggu tahun ini. Ditambah lagi dengan desas-desus bahwa ini adalah film PTA yang paling “mainstream” dan penuh aksi, lengkap dengan kejar-kejaran mobil dan ledakan , One Battle After Another menjadi entri paling bergengsi dan misterius dalam daftar ini. Ini adalah pengingat bahwa “perang” bisa terjadi di mana saja, dan terkadang musuh terbesarnya adalah hantu dari masa lalu kita sendiri.

Panggilan dari Tanah Air: Kebangkitan Film Perang Epik Indonesia

Sementara sinema Barat sibuk membongkar mitos kepahlawanan, sinema Indonesia justru tengah membangunnya dengan fondasi yang kokoh. Tahun 2025 menjadi saksi lahirnya film-film perang lokal dengan skala produksi dan ambisi artistik yang membanggakan, membuktikan bahwa kisah perjuangan bangsa ini layak diangkat ke panggung dunia.

BELIEVE: Takdir, Mimpi dan Keberanian – Adrenalin dan Air Mata untuk Merah Putih

Digadang-gadang sebagai “film laga perang terbesar di 2025”, BELIEVE adalah sebuah monumen sinematik yang megah. Berbeda dengan Warfare yang mempertanyakan pengorbanan, BELIEVE justru merayakannya. Diadaptasi dari buku biografi Jenderal TNI Agus Subiyanto, film ini memiliki tujuan yang jelas: menanamkan nilai patriotisme dan nasionalisme melalui kisah pengabdian para prajurit TNI.

Namun, yang membuat BELIEVE istimewa adalah kemampuannya menyeimbangkan skala epik dengan drama yang intim. Di satu sisi, film ini menyajikan adegan pertempuran kolosal dengan lebih dari 22 ledakan besar dan set dua kampung yang sengaja dibangun hanya untuk dibakar. Di sisi lain, jantung dari film ini adalah kisah personal Agus (diperankan oleh Ajil Ditto), seorang pemuda yang berjuang untuk memahami pengorbanan sunyi ayahnya, Sersan Kepala Dedi (Wafda Saifan), seorang veteran Operasi Seroja. Hubungan ayah-anak yang kompleks inilah yang memberikan bobot emosional pada setiap desingan peluru. 

Perang Kota – Revolusi, Cinta, dan Pengkhianatan di Jakarta 1946

Jika BELIEVE adalah blockbuster yang menggetarkan, maka Perang Kota adalah karya seni yang menggugah. Disutradarai oleh sineas kaliber internasional, Mouly Surya, film ini merupakan adaptasi dari novel klasik “Jalan Tak Ada Ujung” karya Mochtar Lubis, memberikannya bobot sastra dan sejarah yang kuat. 

Berlatar di Jakarta yang kacau pada tahun 1946, film ini berpusat pada Isa (Chicco Jerikho), seorang guru dan mantan pejuang yang dihantui trauma perang hingga membuatnya impoten. Hidupnya semakin rumit ketika ia terlibat dalam cinta segitiga dengan istrinya, Fatimah (Ariel Tatum), dan muridnya yang karismatik, Hazil (Jerome Kurnia). Di tengah rencana untuk meledakkan bioskop yang menjadi tempat berkumpulnya para pejabat NICA, Isa harus menghadapi pengkhianatan dari orang-orang terdekatnya.   

Kisah ini menyajikan potret kepahlawanan yang jauh lebih kompleks dan bernuansa. Pahlawan di sini bukanlah sosok yang sempurna, melainkan manusia yang rapuh dan penuh luka, berjuang dengan iblis internalnya sebesar ia berjuang melawan penjajah. Dengan pujian yang didapat saat tayang perdana di International Film Festival Rotterdam (IFFR) , Perang Kota adalah bukti bahwa film perang Indonesia mampu berbicara dengan bahasa sinematik yang universal dan mendalam.

Di Luar Garis Depan: Ketika Perang Menginvasi Genre Lain

Tentu saja, tema perang tidak hanya terbatas pada drama realistis atau sejarah. Tahun ini, genre fiksi ilmiah juga mencoba menginterpretasikan konflik bersenjata, meskipun dengan hasil yang kurang memuaskan.

War of the Worlds – Perang Melawan Alien yang (Sayangnya) Gagal

Di atas kertas, War of the Worlds versi 2025 terdengar menjanjikan. Sebuah film invasi alien yang diceritakan melalui format screenlife (semua adegan ditampilkan lewat layar komputer, ponsel, dan tablet), dibintangi oleh nama-nama besar seperti Ice Cube dan Eva Longoria. Konsep perang di sini adalah perang total untuk kelangsungan hidup umat manusia melawan musuh dari luar angkasa. 

Namun, eksekusinya ternyata menjadi sebuah bencana. Film ini dikritik habis-habisan karena penulisan yang lemah, penempatan produk yang berlebihan, dan performa yang kurang meyakinkan. Hasilnya adalah skor yang sangat rendah, hanya 2% di situs agregator ulasan Rotten Tomatoes. Ini menjadi pelajaran berharga bahwa konsep yang ambisius dan bintang terkenal tidak cukup untuk memenangkan sebuah “perang” sinematik jika fondasi ceritanya rapuh.

Kesimpulan: Pilih Medan Perangmu di Bioskop 2025

Tahun 2025 menawarkan menu yang sangat beragam bagi para pencari film perang terbaik 2025. Pilihan ada di tanganmu, dan setiap pilihan menawarkan pengalaman yang sama sekali berbeda. Apakah kamu ingin merasakan realisme brutal dan dekonstruksi kepahlawanan dalam Warfare dan Der Tiger? Ataukah kamu ingin terhanyut dalam semangat juang dan drama keluarga yang epik dalam mahakarya Indonesia, BELIEVE dan Perang Kota? Atau mungkin kamu penasaran dengan thriller konflik modern yang digarap oleh sutradara jenius dalam One Battle After Another?

Setiap film adalah medan perangnya sendiri—ada yang bertempur di dalam tank, di dalam rumah, di dalam pikiran, dan di dalam hati. Mereka semua membuktikan bahwa genre perang masih sangat relevan, mampu memicu adrenalin sekaligus memprovokasi pemikiran.

Dari semua rekomendasi film perang 2025 ini, mana yang paling kamu tunggu? Bagikan di kolom komentar!

Related Post

Leave a Comment